BELAJAR DARI LIVERPOOL

by Orange Blue


Final Liga Champion baru saja berlangsung dini hari tadi, dengan hasil akhir Madrid keluar sebagai juara. Tim asuhan Zinedine Zidane berhasil mengalahkan squad Jurgen Klopp dengan skor 3-1. Dengan hasil tersebut, lagi-lagi Liverpool harus memperpanjang puasa gelarnya. Di UCL, Liverpool terakhir kali menjadi juara pada tahun 2005 ketika mengalahkan AC Milan di partai final.
Di pertandingan final UCL antara Madrid vs Liverpool, hadir banyak drama yang cukup menguras emosi. Sebagian besar berupa marah dan kecewa, sebagian lagi rasa iba dan banyak juga yang merasa bahagia. Drama diawali dengan pelanggaran Sergio Ramos kepada Mo Salah di pertengahan leg pertama. Ramos menarik tangan Salah hingga keduanya jatuh dan Salah mengalami Cidera. Akibat hal tersebut, Salah akhirnya tidak dapat melanjutkan pertandingan dan diganti Lallana. Tapi yang menarik adalah bahwa wasit tidak menganggap itu sebagai pelanggaran, sehingga kecaman dari fans Liverpool pun membanjiri media sosial.

liverpool
Cidera Salah adalah awal yang buruk bagi The Reds, sebab Salah adalah pemain bintang yang banyak membuat goal. Saya cukup kecewa dengan kejadian tersebut. Setelah membuat Salah cidera, rasa-rasanya Ramos tidak terlihat menyesal sama sekali. Hal itu cukup untuk membuat dia kehilangan respect. Di media masa, banyak sekali hujatan yang terlontar kepada Ramos. Bahkan, banyak fans Madrid yang menyayangkan tindakan Ramos.
Drama masih berlanjut. Kiper muda Liverpool, Loris Karius membuat dua blunder sekaligus pada pertandingan penting itu. Salah satu di antaranya adalah sebuah blunder yang konyol. Saya rasa, blunder semacam itu seharusnya tidak pernah dilakukan oleh seorang Kiper. Lagi-lagi, fans Liverpool mengungkapkan kekesalan pada Karius melalui media sosial.
Bagi saya pribadi, Laga dini hari tadi adalah sebuah ujian kesabaran. Sebagi fans Liverpool, jujur saja saya merasa terpukul dengan kekalahan telak 3-1. Ditambah, kekalahan tersebut hadir karena kesalahan-kesalahan konyol. Saya tidak menghakimi siapapun, tetapi rasa kecewa sepertinya memaksa saya untuk mengakui bahwa Karius bermain dengan buruk hari ini. Meski begitu, tidak seharusnya dia menerima banyak makian di sosial media. Bagaimanapun, kiper juga seorang manusia yang dapat melakukan kesalahan.
Kekalahan semacam ini sudah sering dialami Liverpool. Bahkan Liverpool juga dijuluki sebagai Tim ter-PHP sepanjang masa, karena selalu saja hampir menang tapi tidak benar-benar menang. Kopites (julukan fans Liverpool) pasti sudah paham dengan situasi semacam ini. Fans klub lain (terutama MU) pun sering nyinyir terhadap Liverpool.
Uniknya, walau dikecewakan berkali-kali, fans Liverpool adalah fans yang setia. Walau harus menanggung malu akiat banyak kekalahan, Kopites tetap dengan legowo mendukung Liverpool di setiap pertandingan. Bahkan, Fans Liverpool dinobatkan sebagai fans paling berisik saat laga tandang maupun kandang. Dengan slogan “You’ll Never Walk Alone”, tak heran Kopites terus mendukung tim dengan sepenuh hati.
Bagi saya, Liverpool adalah tim hebat. Bukan karena banyak menang, bukan pula karena penghargaan yang diterima para pemainnya, tetapi karena loyalitas tinggi di setiap sudutnya. Anfield adalah saksi betapa setianya fans liverpool. Bukan hanya para penggemar, tapi para pemain pun banyak yang loyal terhadap tim. Liverpool adalah representasi dari keluarga yang sesungguhnya. Ada kehangatan dan rasa saling memiliki yang tinggi antar komponennya di dalamnya. Saya positif jatuh cinta.
Saya bangga jatuh cinta pada klub yang tepat. Tidak masalah walaupun tidak pernah menang, usaha keras tim sudah cukup membuat saya bertahan.
Bagaimanapun, Liverpool mengajarkan banyak hal pada saya. Melihat bagaimana setianya kopites mendukung the reds walau tidak pernah menang, membuat saya belajar tentang dua hal : kesabaran dan kesetiaan yang hebat. Mungkin di setiap kekalahan, selalu ada kecewa yang diungkapkan dengan makian, tetapi pada akhirnya mereka tetap bertahan. Tidak pergi untuk mencintai klub lain yang lebih sering menang. Ah, sekali lagi saya bangga bisa menjadi bagian dari keluarga yang hebat.
Untuk setiap pertandingan liverpool yang saya tonton, saya selalu berusaha untuk mengucapkan terima kasih, menang, ataupun kalah. Rasanya, perlu mengapresiasi semua kerja keras tim dan seluruh penggemar. Menghargai sebuah usaha akan menciptakan sebuah perasaan peduli yang menyenangkan.
Kedepannya, saya selalu berharap Liverpool bermain dengan apik dan menghasilkan gelar. Saya akan menunggu itu, berapapun lamanya waktu yang dibutuhkan. Saya tidak akan pergi dan berpaling dari keluarga hebat ini. Saya akan tetap jatuh cinta pada Liverpool sebagaimana saya selalu jatuh cinta pada manusia-manusia di dalamnya. 
You’ll Never Walk Alone, Reds!