Penggemar
drama korea pasti sangat familiar dengan Reply 1998. Salah satu drama dari
series reply ini memang memiliki banyak peminat. Bahkan pada penayangannya di
tahun 2015 lalu, drama ini mendapat rating yang tinggi di Korea.
Berlatar kondisi Korea pada tahun
1988, reply ini mengangkat cerita keluarga, persahabatan, cinta dan neighborhood. Tokoh utama dalam drama
ini adalah seorang perempuan bernama Sung Deok Seon yang bersahabat dengan
empat laki-laki yaitu Kim Jung Hwan, Choi Taek, Sung Sun Woo dan Dong Ryong.
Sepanjang
drama ini, kita harus menebak siapa laki-laki yang akhirnya menjadi suami Deok
Seon. Tapi fokus cerita tidak berputar di situ saja, justru scene-xcene bersama keluarga dan para
tetangga lah yang membuat drama ini tidak membosankan.
Bagi
saya pribadi, drama ini adalah drama korea terbaik yang pernah saya tonton.
Drama yang satu ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dari drama
ini, saya jadi mengetahui bahwa kondisi sosial di korea tidak berbeda dengan di
Indonesia, di mana ibu-ibu sering berkumpul di depan rumah dan bergosip. Saling
berbagi makanan antar tetangga pun bukan sesuatu yang jarang dilakukan.
Perubahan suasana hati dalam drama ini pun
sangat menarik. Ada adegan-adegan tertentu yang membuat kita menangis sekaligus
tertawa secara bersamaan. Jika kalian belum pernah menonton drama ini, silahkan
langsung menoton. Dijamin tidak akan kecewa dengan alur ceritanya, dan dijamin
tidak ada adegan-adegan cinta yang over
seperti kebanyakan drama korea lainnya.
Reply 1988 juga memberikan banyak
pelajaran hidup di sepanjang 20 episode nya. Simak, yuk, apa saja pelajaran
hidup yang bisa didapatkan jika menonton drmaa ini :
1. Susahnya
menjadi anak kedua dari tiga bersaudara
Pada
episode awal, kita akan dibawa masuk mendalami karakter Deok Seon, seorang
perempuan yang merupakan anak kedua di sebuah keluarga sederhana. Deok Seon
memiliki kakak perempuan dan seorang adik laki-laki.
Dalam
drama, disuguhkan adegan ketika keluarga Deok Seon tidak bersikap adil padanya.
Ia cenderung dinomorduakan. Adegan tersebut memiliki tingkat emosionalitas yang
tinggi (saya sendiri sempat menangis, karena meskipu saya bukan anak kedua,
tapi itu semua sangat relatable).
Ada
saatnya orang tua lebih mementingkan kakak atau adik dibandingkan dengan diri
kita. Tapi sebenarnya, cinta orangtua pada anak-anaknya itu sama.
2. Keterbukaan
pada keluarga itu penting
Salah
satu tokoh dalam drama, yaitu Kim Jung Hwan, digambarkan sebagai orang yang
terlihat sangat cuek dan tidak terlalu terbuka pada orang lain, termasuk pada
ibunya. Hal tersebut membuat ibunya sedih dan mencoba untuk meyakinkan Jung
Hwan bahwa ibunya juga membutuhkan cerita-cerita dari anaknya.
Hal
tersebut membuat saya sadar bahwa mungkin kita berpikir bahwa apa yang kita
alami tidak penting untuk diceritakan. Tapi ingatlah bahwa ada orang-orang yang
selalu menunggu cerita-cerita kita, mendengarkan masalah-masalah kita, karena
mereka peduli (terutama keluarga).
Adegan
Jung Hwan dengan ibunya (Ra Mi Ran) ini sangat relevan dengan kehidupan saya,
karena saya juga merupakan orang yang cenderung tertutup di kehidupan nyata.
Ada saat-saat ibu saya mengatakan “Ibu juga ingin mendengar ceritamu, tentang
apa saja, hal-hal kecil juga tidak masalah. Ibu hanya ingin kamu bercerita.”
Sangat mirip dengan apa
yang dikatakan Ra Mi Ran kepada Jung Hwan
3. Sayangi
saudara-saudaramu.
Masih
tentang Deok Seon dan Jung Hwan. Deok Seon digambarkan sebagai seorang kakak
yang peduli pada adik laki-lakinya (ada adegan di mana Deok Seon menjambak
perempuan yang menyakiti adiknya).
Di
sisi lain, persaudaraan antara Jung Hwan dengan kakaknya, Jung Bong sangat
menyentuh bagi saya. Jung Bong digambarkan memiliki penyakit jantung di usia
muda, sementara Jung Hwan digambarkan sering mimisan. Ada adegan mengharukan
ketika Jung Bong baru saja selesai operasi, dia justru menanyakan apakah
adiknya tidak mimisan lagi.
Perhatian-perhatian kecil terkadang memang perlu
dalam sebuah persaudaraan, terlepas dari seringnya pertengkaran konyol yang
terjadi.
4. Buatlah
Ibumu bahagia
Lagi-lagi
tentang Jung Hwan. Ada adegan di mana Ra Mi Ran (ibu Jung Hwan) harus
meninggalkan rumah beberapa hari. Hal tersebut membuat Mi Ran khawatir dengan
kondisi rumah dan keluarga yang biasa bergantung padanya. Tapi ketika pulang,
Mi Ran mendapati bahwa rumah dalam kondisi sangat bersih dan rapi, dan semua
hal terkontrol dengan baik.
Mengetahui
hal tersebut, Mi Ran menjadi sedih, sebab sepertinya keluarganya baik-baik saja
tanpanya. Dari situ saya tahu, salah satu hal yang membuat ibu bahagia adalah ketika
kita menunjukkan sikap bahwa kita butuh ibu.
Kita
butuh ibu untuk menemukan kaos kaki, untuk memasakkan makanan, untuk mengatur
rumah. Percayalah, meskipun awalnya mungkin ibu akan mengomel, tapi mereka
merasa bahwa lebih baik direpotkan oleh kita daripada tidak lagi dibutuhkan.
5. Sesekali,
kita juga harus memahami jalan pikiran seorang ibu
Kali
ini datang dari Sun Woo dan ibunya, Sun Young. Sun Young digambarkan sebagai
seorang single parent yang hidup dari uang pensiunan dari almarhum suaminya.
Bagi Sun Young, uang tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi ia ingin
membuat Sun Woo bahagia dengan membelikannya sepatu baru.
Oleh
karena itu, Sun Young memutuskan untuk bekerja sebagai tenaga kebersihan, Sun
Young juga sering menawar jika membeli sesuatu. Sun Woo yang mengetahui hal
tersebut sangat marah karena ia tidak suka jika ibunya bekerja. Sampai akhirnya
ia sadar, ini bukan hanya tentang perasaannya, tetapi juga tentang perasaan
bahagia ibunya jika mampu membelikannya banyak barang.
Ada
kalanya, saya sendiri tidak tahu jalan
pikiran seorang ibu. Seringkali ketika belanja, ibu menawar dengan harga yang
rendah. Hal itu tak jarang membuat saya malu. Tapi jika dipikir-pikir lagi, ibu
adalah orang yang sangat royal kepada anak-anaknya meskipun hidup dengan irit.
Kami tidak kekurangan uang, tapi saya tahu bahwa dari menawar belanjaan, ibu
bisa menghemat seratus dua ratus perak untuk ditabung. Dan tentu saja tabungan
itu pada akhirnya digunakan untuk membelikan apa yang anak-anaknya mau. Di
pikiran seorang ibu, anak-anaknya adalah harta paling berharga yang ia punya.
6. Meski
terlihat diam, kasih sayang ayah pada anaknya itu tak terbatas
Cerita
berasal dari kehidupan Choi Taek dan ayahnya. Dalam drama, Choi Taek
diceritakan hanya hidup berdua dengan ayahnya karena ibunya sudah meninggal.
Ayah Choi Taek sangat pendiam, sama seperti Choi Taek. Sampai suatu hari ada
sebuah berita tayang yang menampilkan sebuah insiden yang diduga menimpa Taek.
Sontak, ayahnya yang pendiam itu langsung menunjukkan sisi lain yang tidak
pernah diperlihatkannya : panik secara berlebihan.
Pada
akhirnya, kita semua mungkin juga merasakannya. Kebanyakan seorang ayah memang
lebih cenderung pendiam dan seolah tidak peduli karena jarang bertanya tentang
keseharian kita. Tapi percayalah, seorang ayah itu memiliki kasih sayang yang
sangat luar biasa pada kita. Diam-diam, beliau bertanya pada ibu tentang
kondisi kita. Diam-diam, ia berharap bahwa kita akan baik-baik saja. Diam-diam
dia mengamati orang-orang yang dekat dengan kita dan memastikan bahwa kita
tidak tersakiti.
Ayah
jarang mengungkapkan perasaannya (misalnya dengan menangis). Hal tersebut
karena beliau ingin terlihat kuat di mata kita. Beliau ingin kita yakin bahwa
ayah memang layak untuk kita jadikan sebagai tempat bergantung, layak untuk
kita jadikan pemimpin dan teladan.
7. Jangan
menilai orang dari luarnya
Dong
Ryong digambarkan sebagai sesosok anak SMA yang tidak suka belajar, sering
membolos kelas, dan hanya suka menari serta menyanyi. Dari tampilan luarnya,
Dong Ryong ini terlihat culun dengan kacamata besar. Meskipun tidak suka
belajar, Dong Ryong merupakan konsultan kehidupan terbaik bagi
sahabat-sahabatnya. Setiap kata yang diucapkan Dong Ryong selalu tepat dan
membuat semua suasana menjadi membaik.
Dong
Ryong akan membuat kita sadar bahwa menilai orang dari cover nya saja itu bukan
sesuatu yang bijak. Meski terlihat urakan, bukan berarti orang jahat. Meski
terlihat bodoh, bukan berarti tidak tahu apa-apa. Jadi, selalu bijaklah dalam
menilai orang lain.
8. Kerja
keras pasti akan membuahkan hasil
Dalam
drama ini, kita akan belajar banyak tentang kerja keras, tentang usaha-usaha
yang tidak menghianati hasil. Di mulai dari Kim Jung Hwan dan Sung Sun Woo yang
gemar belajar keras hingga larut malam, hal tersebut membuat mereka selalu di
peringkat satu dan dua, dan pada akhirnya mampu meraih impiannya masing-masing.
Lalu
cerita kerja keras Choi Taek bermain Baduk (sebuah permainan tradisional
korea). Ia bahkan putus sekolah demi mendalami Baduk dan seringkali tidak tidur
pada malam hari. Hal tersebut membawanya menjuarai banyak kompetisi Baduk
hingga tingkat Internasional.
Ada
pula cerita Deok Seon dan Dong Ryong yang meskipun awalnya kurang pandai dan
tidak suka belajar, tapi pada akhirnya dapat meraih mimpi mereka karena kerja keras.
Tidak
ada kesuksesan yang instan, maka bekerja keraslah !
9. Persahabatan mampu mengajarkan kita untuk menghargai
Sorot
utama drama ini memang tentang persahabatan kelima tokoh utama. Persahabatan
mereka mengajarkan kita untuk saling berbagi, saling menghargai dan saling
melindungi. Ada adegan di mana Jung Hwan memukul senior yang menghina Sun Woo.
Atau ketika Dong Ryong menemani Deok Seon untuk bercerita. Atau ketika mereka
semua menyemangati Choi Taek ketika mengalami kekalahan.
Sahabat
selalu punya cara mereka sendiri untuk membuat kita merasa lebih baik. Jadi,
hargai dan jaga sahabat kalian, ya.
10. Cinta
itu diperjuangkan, bukan ditunggu
Salah
satu yang membuat saya sedikit kecewa dengan endingnya adalah tentang masalah
cinta ini. Tokoh favorit saya ternyata tidak memiliki akhir cinta yang bahagia.
Tapi dari dia, saya belajar bahwa cinta itu bukan hanya menunggu. Cinta itu
diperjuangkan.
Jika
kamu tidak bisa mendapatkan cinta yang sudah di depan matamu, mungkin karena
kamu terlalu banyak berpikir dan tidak berusaha untuk mengungkapkannya. Semua
karena keragu-raguanmu.
Jika
sudah ada orang yang benar-benar kamu cintai, maka perjuangkan. Ungkapkan!
Setidaknya,
jika cinta kita tidak berbalas, maka kita sudah tidak perlu lagi menunggu tanpa
kepastian.
Tapi memang
kata-kata di atas mudah diucapkan dan sudah tentu sangat sulit dilakukan.
Karena pada kenyataannya, saya pun banyak menunggu, 6 tahun lebih dan sama
sekali tidak berani mengungkapkan. Jangan jadi seperti saya, karena menunggu
itu menyiksa.